Mulai khawatir nih
dengan angka 3 di awal dua digit usia anda??...apalagi melihat rekan-rekan anda
sudah menggandeng pasangannya dan mungkin juga sudah memamerkan foto-foto si
kecil buah hati mereka. Terintimidasi? Mungkin beberapa tahun yang lalu anda
sangat yakin dengan pilihan anda untuk meniti karir setinggi dan sesukses
mungkin, menjadi wanita mandiri yang bisa disejajarkan dan dipandang memiliki
kemampuan yang sama dengan para pria. Toh, sebagai wanita Indonesia kita pasti
selalu terngiang-ngiang bagaimana RA. Kartini begitu pantang menyerahnya
memperjuangkan Hak dan Kewajiban yang sama bagi wanita Indonesia agar dapat
disejajarkan dengan para pria. Tapi namanya juga wanita, pasti ada dong perasaan
ingin membangun sebuah rumah tangga. Nah untuk meyakinkan diri anda bahwa anda
sudah benar-benar siap atau anda hanya merasa dikejar-kejar oleh waktu,
keluarga ataupun tekanan dari
pihak-pihak di sekitar anda, simak yang
ini yuk.
1. Menelaah Kembali Tujuan Hidup anda beberapa
tahun yang lalu
Ketika anda seorang Fresh Graduated, tentu
banyak rencana yang anda susun untuk masa depan anda, bahkan mungkin
target-target yang ingin anda capai.
Tiap orang memiliki rencana yang berbeda, ada yang ingin berkarir sesuai dengan
impian masa kecilnya, atau ada juga yang ingin mengabdikan diri dalam sebuah
keluarga dengan menjadi seorang istri. Tidak ada yang salah dengan
pilihan-pilihan tersebut. Tentunya saat anda memikirkan itu, sudah melalui
pertimbangan-pertimbangan yang matang. Maka dari itu mari kita ingat-ingat lagi
pertimbangan-pertimbangan tersebut, dan kita catat dalam tulisan untuk kita
baca ulang lagi, masih relevankah pertimbangan –pertimbangan itu dengan kondisi
saat ini. Coba kesampingkan dulu tekanan-tekanan dari pihak luar atau pihak di
sekitar anda. Anda harus yakin dengan diri anda sendiri, mana yang benar-benar
anda butuhkan saat ini.
2. Mengenal Psikologis Wanita Single usia 30-an
Menurut Anne Ahira dari blognya di http://www.anneahira.com/psikologi-wanita.htm
seorang wanita usia 30-an yang masih lajang dan memiliki karier yang bagus
cenderung tidak terlalu memikirkan kehidupan rumah tangga. Namun saat ia libur
dan berkumpul di tengah keluarganya, maka secara tidak langsung ia menjadi
tertekan akibat banyak pertanyaan-pertanyaan yang menanykan status lajangnya.
Kepikiran?tentu saja bahkan bisa menjadi tangisan ‘darah’ ketika itu akhirnya
membebani pikiran anda.
Psikologi wanita lajang usia 30an ini
memang unik, disatu sisi ia ingin memiliki pasangan, namun di satu sisi ketika
ia melihat betapa peliknya kehidupan setelah berpasangan membuat ia ragu untuk
menikah. Apalagi tingkat perceraian yang semakin tinggi tiap tahunnya (dengan
istri yang lebih banyak menjadi penggugat), menjadi salah satu faktor untuk
menunda pernikahan. Untuk wanita yang
lebih mandiri, ekspektasi terhadap pasangan menjadi lebih tinggi, yaitu tempat
berbagi kasih sayang dan tanggung jawab
secara adil. Menginginkan pasangan yang mau berbagi tugas rumah tangga.
3. Siapkah anda dengan pernikahan dan segala
konsekuensinya?
·
Menikah artinya anda harus siap membagi waktu
dan cinta untuk keluarga dan pekerjaan. Belum bisa membayangkan kehidupan
pernikahan dengan anak-anak di masa depan?itu artinya anda belum siap untuk
menikah.
·
Harus siap dengan perubahan. Terbiasa mandiri
kadang membuat kita sulit beradaptasi dengan seseorang yang akan menjadi
pendamping kita, berbeda sikap, sifat dan pemikiran, itu yang biasanya menjadi
faktor paling sulit untuk dijadikan kompromi. Oleh karena itu kalau anda siap
dengan perubahan maka anda siap untuk menikah.
·
Bijaksana menentukan prioritas. Ketika
menikah prioritas anda tentu akan
berubah. Maka bijaksanalah dalam menentukan prioritas, jika yang terpenting
anda letakkan di posisi terbawah, maka dipastikan anda akan gagal dalam
menjalani pernikahan.
4. Dan berikut tanda-tanda anda belum siap
menikah:
·
Memutuskan untuk menikah karena anda
membandingkan dengan pasangan lain. Pasangan lain yang menentukan pilihan untuk
menikah menyebabkan anda menjadi ‘terpacu’ untuk meresmikan hubungan anda juga.
Ini hanya keputusan yang mengedepankan emosi.
·
Anda hanya ingin upacara pernikahannya saja.
Setelah mendatangi sebuah pernikahan yang menurut anda sangat indah, kadang membuat
kita terinspirasi untuk membuat acara pernikahan seindah itu. Tanpa
disadari itu artinya anda belum siap
dengan perjalanan dalam pernikahan tapi hanya tergiur dengan keindahan upacara
pernikahannya
·
Menikah untuk menyenangkan dan memenuhi
keinginan orang lain. Akibat desakan dari keluarga atau pihak luar menyebabkan
anda mengambil keputuasan untuk menikah. Yang harus diingat adalah yang
menjalani biduk rumah tangga adalah anda dan pasangan bukan keluarga atau
orang-orang di luar anda. Pikirkan anda sendiri, benar-benar sudah siapkah
anda?
Itulah beberapa pertimbangan untuk anda, tidak perlu
khawatir lagi dengan usia anda yang sudah menginjak kepala 3, menentukan
prioritas kehidupan anda, itu yang terpenting. Menjalani dan memutuskan sesuatu dengan bijaksana
adalah pembuktian kematangan usia anda. Just make Sure You Enjoyed Yourself,
welcome Very Happy Thirty Something Single Woman…
Sumber:
https://www.facebook.com/PernikahanBahagia/posts/138405153028528
0 komentar:
Posting Komentar